2.1.a.9. Koneksi Antar Materi - Modul 2.1
Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
- Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
- Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
- Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
- Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
- Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
Tomlinson (2001) dalam
bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed
Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat
mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3
aspek.
Ketiga aspek tersebut adalah:
- Kesiapan
belajar (readiness) murid
- Minat
murid
- Profil
belajar murid
Sebagai
guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih
baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman
yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas
tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan
jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang
mereka sukai (profil belajar).
1. KESIAPAN BELAJAR (READINESS)
Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari
materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan
membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar
yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru
tersebut.
Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif kontinum yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini, kita akan mencoba membahas 6 dari beberapa contoh perspektif kontinum tersebut, dengan mengadaptasi alat yang disebut Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (Tomlinson, 2001).
a. Bersifat mendasar - Bersifat transformatif
Saat sebagian murid dihadapkan pada sebuah ide
yang baru, atau jika ide itu bukan di salah satu bidang yang dikuasai oleh
murid, mereka sering membutuhkan informasi pendukung yang lebih jelas,
sederhana, dan tidak bertele-tele untuk memahami ide tersebut. Mereka akan
perlu waktu untuk berlatih menerapkan ide secara langsung. Jika murid berada
dalam tingkatan ini, maka bahan-bahan materi yang mereka gunakan dan
tugas-tugas yang mereka lakukan harus bersifat mendasar dan disajikan dengan
cara yang membantu mereka membangun landasan pemahaman yang kuat. Di lain
waktu, ketika murid dihadapkan pada ide-ide yang telah mereka pahami atau
berada di area yang menjadi kekuatan mereka, maka dibutuhkan informasi yang
lebih rinci dari ide tersebut. Mereka perlu melihat bagaimana ide tersebut
berhubungan dengan ide-ide lain untuk menciptakan pemikiran baru. Kondisi
seperti itu membutuhkan bahan dan tugas yang lebih bersifat
transformatif.
b. Konkret - Abstrak
Di lain kesempatan, guru mungkin dapat mengukur
kesiapan belajar murid dengan melihat apakah mereka masih di tingkatan perlu
belajar secara konkret atau sudah siap bergerak mempelajari sesuatu yang lebih
abstrak
c. Sederhana - Kompleks
Beberapa murid mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana
dengan satu abstraksi pada satu waktu; yang lain mungkin bisa menangani
kerumitan berbagai abstraksi.
d. Terstruktur - Open Ended
Kadang-kadang murid perlu menyelesaikan tugas
yang ditata dengan cukup baik untuk mereka, di mana mereka tidak memiliki
terlalu banyak keputusan untuk dibuat. Namun, di waktu lain, murid siap
menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka.
e. Tergantung (dependent) - Mandiri
(Independent)
Walaupun pada akhirnya kita mengharapkan bahwa
semua murid kita dapat belajar, berpikir dan menghasilkan pekerjaan secara
mandiri, namun sama seperti tinggi badan, mungkin seorang anak akan lebih cepat
bertambah tinggi daripada yang lain. Dengan kata lain, beberapa murid mungkin
akan siap untuk kemandirian yang lebih awal daripada yang lain.
f. Lambat - Cepat
Beberapa murid dengan kemampuan yang baik dalam
suatu mata pelajaran mungkin perlu bergerak cepat melalui materi yang telah ia
kuasai atau sedikit menantang. Tetapi di lain waktu, murid yang sama mungkin
akan membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang lain untuk mempelajari sebuah
topik.
Perlu diingat bahwa kesiapan
belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih
kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki
murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan
diajarkan. Adapun tujuan melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid
berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat
kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan
belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013).
2. MINAT MURID
Kita
tahu bahwa seperti juga kita orang dewasa, murid juga memiliki minat sendiri.
Ada murid yang minat nya sangat besar dalam bidang seni, matematika, sains,
drama, memasak, dsb. Minat adalah salah satu motivator penting bagi
murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran.Tomlinson (2001)
menjelaskan bahwa mempertimbangkan minat murid dalam merancang pembelajaran
memiliki tujuan diantaranya:
- Membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan keinginan mereka sendiri untuk belajar;
- Menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran;
- Menggunakan keterampilan atau ide yang familiar bagi murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang familiar atau baru bagi mereka, dan;
- Meningkatkan motivasi murid untuk belajar.
Sepanjang
tahun, murid yang berbeda akan menunjukkan minat pada topik yang berbeda.
Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah untuk "menghubungkan"
murid pada pelajaran untuk menjaga minat mereka. Dengan menjaga minat murid
tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid.
Beberapa ide yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan minat diantaranya misalnya:
- Meminta murid untuk memilih apakah mereka ingin mendemonstrasikan pemahaman dengan menulis lagu, melakukan pertunjukan atau menari.
- Menggunakan teknik Jigsaw dan pembelajaran kooperatif.
- Menggunakan strategi investigasi kelompok berdasarkan minat.
- Membuat kegiatan “sehari di tempat kerja”. Murid diminta mempelajari bagaimana sebuah keterampilan tertentu diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Mereka boleh memilih profesi yang sesuai minat mereka.
- Membuat model.
3. PROFIL BELAJAR MURID
Profil
belajar murid terkait dengan banyak faktor, seperti: bahasa, budaya, kesehatan,
keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga akan berhubungan
dengan gaya belajar seseorang. Menurut Tomlinson (dalam Hockett, 2018) profil
belajar murid ini merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar, yang
dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis
kelamin, dll.
Tujuan dari pemetaan kebutuhan belajar murid
berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid
untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru,
kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang
sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap
anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat
penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka.
Penting juga untuk diingat bahwa kebanyakan orang lebih suka kombinasi profil.
Menurut Tomlinson (2001), ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran
seseorang. Berikut ini adalah beberapa yang harus diperhatikan:
- Lingkungan: suhu, tingkat aktivitas, tingkat kebisingan, jumlah cahaya.
- Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.
- Visual: belajar dengan melihat (diagram, power point, catatan, peta, grafik organisator).
- Auditori: belajar dengan mendengar (kuliah, membaca dengan keras, mendengarkan musik).
- Kinestetik: belajar sambil melakukan (bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).
Berdasarkan
pemaparan mengenai ketiga aspek dalam mengkategorikan kebutuhan belajar murid,
maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa untuk mengoptimalkan pembelajaran dan
tentunya hasil dari pembelajaran murid diperlukan pembelajaran yang
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar murid.
Keterkaitan
Antar Materi Menurut KHD, pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia maupun anggota masyarakat
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggitingginya.Tugas kita sebagai
guru adalah menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap anak untuk
dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan kodratnya
masingmasing, dan memastikan bahwa dalam prosesnya, anak-anak tersebut merasa
selamat dan bahagia. Sebagai seorang pendidik , guru dapat memenuhi kebutuhan
belajar murid melalui pembelajaran berdiferensiasi yang dapat mengakomodir
keberagaman siswa melalui pemetaan kesiapan, minat, dan profil belajar murid
sehingga dapat mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi di
sekolah akan membentuk budaya positif dengan posisi kontrol guru sebagai
manajer.Guru membantu membuat siswa merasa dihargai dan memiliki keterkaitan
antara dirinya dengan guru dan teman di kelasnya sehingga siswa merasa dirinya
menjadi bagian dari kelasnya. Sebagai seorang pendidik, guru dapat memenuhi
kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran berdiferensiasi yang dapat
mengakomodir keberagaman siswa melalui pemetaan kesiapan, minat, dan profil
belajar sehingga dapat mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid.
KESIMPULAN Pembelajaran berdiferensiasi sangat
erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang berpihak pada murid, sesuai
dengan filosofi KHD. Nilai-nilai yang melekat pada guru yaitu mandiri,
reflektif, inovatif, kolaboratif, dan berpihak pada murid merupakan
komponen-komponen utama dalam mewujudkan pembelajaran berdiferensiasi. Murid
sebagai subjek pembelajar yang beragam harus terlayani dengan baik melalui visi
misi yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar